August 26, 2015

Finding The God #4: Mengenal Tauhid


Tulisan ini merupakan lanjutan dari artikel saya sebelumnya: Finding The God #3: The Waterfall

Mulailah kami pada keseharian menjadi seorang santri. Kami mendapatkan banyak pelajaran mulai dari fiqih, akidah, tauhid, tadjwid, dll. Setiap hari kami bangun jam 3 untuk sholat tahajud. Kami pun diwajibkan sholat 5 waktu di masjid, untuk melatih kebiasaan. Oh ya, tak lupa setiap hari kami jajan karena buanyaknya jajanan lezat di Daarut Tauhid. hehee

Di kelas, terdapat hijab yang memisahkan antara ikhwan dan akhwat. Salah satu yang saya acungi jempol dari Daarut Tauhid adalah kemampuannya membuat para santri menjadi Gadhul Bashar atau menjaga pandangan. Entah kenapa nasehat yang diberikan oleh ustad seperti terserap benar dalam kepala kami. Di lingkungan Daarut Tauhid yang sebesar itu belum pernah saya melihat ada akhwat dan ikhwan berduaan, ngobrol berdua pun jarang sekali. Berpapasan pasti nunduk. Kalau ada yang penting bicara seperlunya. Di kalangan rohis SMA atau di aktivis dakwah kampus teralim sekalipun tidak se high-class ini gadhul basharnya saya kira. Luar biasa.

Pict: Bersama Aa Gym 

Teman-teman seangkatan memiliki kisah tersendiri mengapa mereka bisa sampai ke program DQ ini. Mulai dari yang baru mualaf hingga yang hijrah dari dunia entertainment negatif pun
ada. Inti dari semuanya sama. Ingin berhijrah, ingin menemukan sesuatu yang terasa hilang dalam qolbu.

Orang kota sering mencari hiburan dengan karaokean atau hangout di mall-mall. Seketika itu memang terasa menyenangkan. Tapi sesudah hiburan itu selesai ya sudah, nanti butuh hiburan lagi. Itu wajar sih. Tapi ternyata bukan begitu caranya menghibur qolbu. Ustad-ustad di sini penghasilannya biasa saja dan tidak pernah karaokean, tapi lihatlah wajah-wajah mereka. Tak perlu hiburan pun jiwanya sudah penuh dengan kebahagiaan.

Itu semua dikarenakan tauhid mereka sudah tinggi....Mereka tahu betul untuk apa hidup didunia ini. seperti apa tauhid yang diajarkan disini??
to be continued...


August 10, 2015

Finding The God #3: The Waterfall


Melanjutkan tulisan sebelumnya pada artikel: Finding The God #2: Surprise

Akhirnya saya bertemu dengan teman-teman seangkatan pada program Dauroh Qolbiyah. Usianya antara 20 sampai 34 tahun. Total ikhwan dan akhwat berjumlah 32 orang. Dan sampailah kami pada orientasi lapangan.

Awalnya saya heran, untuk apa sih pesantren pakai orientasi segala. Itu kan kuno sekali dan sedikit manfaatnya. Tapi ternyata ospek disini berbeda. Saya masih ingat kami berjalan menuju daerah berbukit. Sepanjang jalan kami disuruh dzikir setiap saat dalam hati. Karena semesta alam pun berdzikir bagaimana kita sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna tidak melakukanya?

Akhirnya rombongan tiba di sungai. Kami disuruh rapling menuruni sungai. Saya takjub melihat mbak-mbak akhwat pemandu walaupun berbaju besar pada lincah bergerak di bebatuan yang licin dan rapling dengan gesitnya.

Kemudian kami tiba di air terjun yang cukup tinggi dan deras sekali airnya. Berderum keras suaranya. Masing-masing dari kami menjadi ciut. Kami disuruh melalui (melingkari) air terjun itu dengan bantuan tali (bagi yang akhwat). Ini tidak semudah kelihatannya.

Biasanya yang ditakutkan dari ospek adalah ketika dibentak-bentak dan dihukum karena kesalahan. Disini berbeda, disini kami dibuat takut dan hilang nyali, takut nyawa melayang atau kenapa-kenapa. Namun mau tidak mau kami harus melakukannya. Disitulah kalimat ALLAHUAKBAR yang membahana keluar dari setiap mulut hingga bergetar kerongkongan. Cuma Allah yang bisa kita mintai pertolongan disetiap kesulitan. Itu inti yang ditekankan disini. Hati ini benar-benar mencari Allah.

Awalnya saya kira mudah. Toh ada tali ini. Kesombongan hati kecil saya terbaca oleh Allah.  Air terjun yang mengucur dari atas terasa sakit mengenai kepala dan karena banyaknya air saya kesulitan menemukan udara untuk bernafas. Baru beberapa langkah saya merasakan sungai semakin dalam dan air semakin menikam dari atas. Saya terus menarik tali tambang agar cepat sampai ke tengah putaran pertama. Semakin lama saya benar-benar tenggelam. Saya ketakutan. Arus yang deras dan berarah memutar menyebabkan orang yang bisa berenang sekalipun tak akan berkutik. Akhirnya saya berhasil sampai ke setengah putaran pertama walaupun dengan terengah-engah. Setengah putaran selanjutnya berhasil saya lalui juga. Banyak teman-teman akhwat yang awalnya menangis tidak mau ikut tapi dipaksa, "Kamu yakin punya Allah??KENAPA TAKUT?!"

Pict: Melalui tantangan air terjun :)

Ini hanya melatih keyakinan kita bahwa kita manusia yang kerdil. Kita tak mempunyai kekuatan apa-apa kalau bukan Allah yang berkehendak memberikannya.

Itulah sekelumit kisah orientasi saya....tidak muat kalau semua diceritakan disini.. :3