Tulisan ini merupakan lanjutan dari artikel saya sebelumnya: Finding The God #3: The Waterfall
Mulailah kami pada keseharian menjadi seorang santri. Kami mendapatkan banyak pelajaran mulai dari fiqih, akidah, tauhid, tadjwid, dll. Setiap hari kami bangun jam 3 untuk sholat tahajud. Kami pun diwajibkan sholat 5 waktu di masjid, untuk melatih kebiasaan. Oh ya, tak lupa setiap hari kami jajan karena buanyaknya jajanan lezat di Daarut Tauhid. hehee
Di kelas, terdapat hijab yang memisahkan antara ikhwan dan akhwat. Salah satu yang saya acungi jempol dari Daarut Tauhid adalah kemampuannya membuat para santri menjadi Gadhul Bashar atau menjaga pandangan. Entah kenapa nasehat yang diberikan oleh ustad seperti terserap benar dalam kepala kami. Di lingkungan Daarut Tauhid yang sebesar itu belum pernah saya melihat ada akhwat dan ikhwan berduaan, ngobrol berdua pun jarang sekali. Berpapasan pasti nunduk. Kalau ada yang penting bicara seperlunya. Di kalangan rohis SMA atau di aktivis dakwah kampus teralim sekalipun tidak se high-class ini gadhul basharnya saya kira. Luar biasa.
Pict: Bersama Aa Gym
ada. Inti dari semuanya sama. Ingin berhijrah, ingin menemukan sesuatu yang terasa hilang dalam qolbu.
Orang kota sering mencari hiburan dengan karaokean atau hangout di mall-mall. Seketika itu memang terasa menyenangkan. Tapi sesudah hiburan itu selesai ya sudah, nanti butuh hiburan lagi. Itu wajar sih. Tapi ternyata bukan begitu caranya menghibur qolbu. Ustad-ustad di sini penghasilannya biasa saja dan tidak pernah karaokean, tapi lihatlah wajah-wajah mereka. Tak perlu hiburan pun jiwanya sudah penuh dengan kebahagiaan.
Itu semua dikarenakan tauhid mereka sudah tinggi....Mereka tahu betul untuk apa hidup didunia ini. seperti apa tauhid yang diajarkan disini??
to be continued...
No comments:
Post a Comment